A
|
pakah antum tinggal di kota? Jikalau jawabannya
memang iya, maka antum pasti tahu
dai-dai yang sering berdakwah di kota antum. Kalaupun memang tak ada sama
sekali dai yang sering memberikan tausyiah di kota antum itu, toh di rumah antum masih ada televisi
dan radio yang menyajikan sajian dakwah di dalamnya. Dan jika saluran-saluran
di televisi antum tersebut juga tidak memberikan tayangan dakwah satupun, dan
radio antum sudah tak ada saluran yang menyiarkan siraran dakwah, walau tangan
sampai lelah memutar knop radio, dan telinga pun lelah karena harus memastikan
bahwa yang kita dengar adalah siaran dakwah. Maka bisa dibilang antum berada di
lingkup daerah yang mayoritas masyarakat di lingkup itu 99% kafir.
Apakah antum orang desa? Atau
antum adalah seseorang yang tinggal di sebuah perkampungan? Jika iya, maka pastinya di desa itu ada
kemungkinan sejumlah orang yang mahir dalam bidang agama, walaupun hanya
seorang dari warganya. Jika tak ada seorang pun yang pintar dalam urusan agama
di lingkup desa antum, maka seperti halnya kota tadi desa antum adalah desa
yang 99% gersang penduduknya. Yang bersedia menyediakan sesajen di hari-hari
tertentu untuk menghormati arwah nenek moyangnya. Atau hanya memuja matahari
untuk mereka anggap tuhan.
Nah, jika antum memang berada
ditempat-tempat yang saya sebutkan tadi, naudzubillah
himindzalik. Tapi patut disyukuri karena kita khususnya saya saat ini berada
dalam linngkungan yang islami, tarbawi dan ma’hadi.
Jika ada yang kebingungan
dalam mencari posisi da’wah yang strategis maka jawabnya ada pada baris yang
paling awal (judul) . Karena tempat yang
pelosok memiliki keistimewaan tersediri bila diberi sajian da’wah.
Dimana saja tempatnya kalau
ingin senang harus susah dulu. Jadi ketika pertama kali pijakan kaki disana,
otomatis orang itu akan menolak ajaran tersebut, kecuali pendakwah
menyuntikkannya dngan perlahan-lahan seperti yang dilakukan oleh nabi Muhammad
SAW pada umatnya dan juga seperti Wali Songo di Indonesia. Dan mengikuti cara
yang dilakukan oleh Wali Songo yan bersumber dari Rosululloh SAW.
Tapi sisi positif dari itu
adalah apabia orang-orang sudah
mengikuti si pendakwah, maka si pendakwah bisa mendapatkan pahala orang yang
mengajak masuk menuju Islam. Dan tidak sampai situ saja, karena pendakwah yang
mengajak mereka pada suatu jalan, maka kita harus bertanggung jawab atas
perbuatan itu. Sang dai harus mendidik dan mengajak masyarakat agar masyarakat
tak kecewa dan mampu mengikuti apa yang dikatakan dai. dan itu adalah mujahid
sejati yang takkan berhenti sampai mati. Diapun juga menjalankan perintah Allah
untuk berjhad dengan harta dan diri. Dengan harta adalah sebagai sangu ke
pelosok. Dengan diri atau nafs adalah
yang mendominasi yaitu diri dai yang dipakai untuk menyempurnakan ajaran.
*Santri
kelas lll Intensif A, asal Sidoarjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar