Selasa, 23 Oktober 2012


Pelosok:Tempat Strategis Untuk Dakwah

Mutawakil Alallah*
               

A
pakah antum tinggal di kota? Jikalau jawabannya memang iya, maka antum pasti tahu dai-dai yang sering berdakwah di kota antum. Kalaupun memang tak ada sama sekali dai yang sering memberikan tausyiah di kota antum itu, toh di rumah antum masih ada televisi dan radio yang menyajikan sajian dakwah di dalamnya. Dan jika saluran-saluran di televisi antum tersebut juga tidak memberikan tayangan dakwah satupun, dan radio antum sudah tak ada saluran yang menyiarkan siraran dakwah, walau tangan sampai lelah memutar knop radio, dan telinga pun lelah karena harus memastikan bahwa yang kita dengar adalah siaran dakwah. Maka bisa dibilang antum berada di lingkup daerah yang mayoritas masyarakat di lingkup itu 99% kafir.
Apakah antum orang desa? Atau antum adalah seseorang yang tinggal di sebuah perkampungan? Jika iya, maka pastinya di desa itu ada kemungkinan sejumlah orang yang mahir dalam bidang agama, walaupun hanya seorang dari warganya. Jika tak ada seorang pun yang pintar dalam urusan agama di lingkup desa antum, maka seperti halnya kota tadi desa antum adalah desa yang 99% gersang penduduknya. Yang bersedia menyediakan sesajen di hari-hari tertentu untuk menghormati arwah nenek moyangnya. Atau hanya memuja matahari untuk mereka anggap tuhan.
Nah, jika antum memang berada ditempat-tempat yang saya sebutkan tadi, naudzubillah himindzalik. Tapi patut disyukuri karena kita khususnya saya saat ini berada dalam linngkungan yang islami, tarbawi dan ma’hadi.
Jika ada yang kebingungan dalam mencari posisi da’wah yang strategis maka jawabnya ada pada baris yang paling awal (judul) . Karena  tempat yang pelosok memiliki keistimewaan tersediri bila diberi sajian da’wah.
Dimana saja tempatnya kalau ingin senang harus susah dulu. Jadi ketika pertama kali pijakan kaki disana, otomatis orang itu akan menolak ajaran tersebut, kecuali pendakwah menyuntikkannya dngan perlahan-lahan seperti yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW pada umatnya dan juga seperti Wali Songo di Indonesia. Dan mengikuti cara yang dilakukan oleh Wali Songo yan bersumber dari Rosululloh SAW.
Tapi sisi positif dari itu adalah  apabia orang-orang sudah mengikuti si pendakwah, maka si pendakwah bisa mendapatkan pahala orang yang mengajak masuk menuju Islam. Dan tidak sampai situ saja, karena pendakwah yang mengajak mereka pada suatu jalan, maka kita harus bertanggung jawab atas perbuatan itu. Sang dai harus mendidik dan mengajak masyarakat agar masyarakat tak kecewa dan mampu mengikuti apa yang dikatakan dai. dan itu adalah mujahid sejati yang takkan berhenti sampai mati. Diapun juga menjalankan perintah Allah untuk berjhad dengan harta dan diri. Dengan harta adalah sebagai sangu ke pelosok. Dengan diri atau nafs adalah yang mendominasi yaitu diri dai yang dipakai untuk menyempurnakan ajaran.
*Santri kelas lll Intensif A,  asal Sidoarjo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar