Selasa, 23 Oktober 2012


UmpanPermulaan Wahyu Allah
Oleh: Rizal Muzakki*

G
iatnya pelajar zaman sekarang ini, pelajar sudah makin membara semangatnya untuk membaca. Tentunya itu semua disebabkan suatu penyebab bahwasannya seorang pelajar tidak kalah saingan anar satu dengan lainnya. Mereka saling berlomba-lomba untuk menjadikan dirinya sebagai seorang professinal. Banyak sekali kta dapatkan bahwasannya para ilmuwan yang beliau bisa menciptakan satu alat yang canggih itu semua bukan halnya karena beliau saling membaca. Begitu pula dengan dia dapat membedakan diantara yang dlolaal dan yang haqq, antara kedzaliman dan kelurusan. Bukanlah didalam ajaran agama kita. Diawal ciptanya kita dengan membaca sebagiamana yang telah Allah turunkan pada kitabnya di Surat Al-Alaq. Yang artinya:
Iqro’ bismi Rabbikal ladzii khalaq.... (QS Al-‘Alaq [96]:1)
“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan”  
Dengan penafsiran diatas, para ‘ulama berbeda pendapat serta mereka mempunyai ijtihad masing- masing yang satu sama lain berbeda pikiran, sebagian mereka ada yang mengatakan bahwasannya ketika Rosululloh diciptakan, belum bisa untuk membaca kemudian Allah menurunkan wahyu kepadanya dengan perantara malaikat Jibril. Setelah itu datanglah Jibril padanya. Dan Jibril itu memerintahkan padanya untuk mengikuti apa yang dibacanya. Kemudian Rosululloh meraasa gemetaran seusai itu. Kemudian beliau pulang kerumahnya dan berbaring. Kemudian sang istri yang bernama Khodijah menanyakan, “Wahai pujaan hatiku, apa gerangan yang ada di dirimu.” Kemudian Rosululloh menjawab dengan apa yang telah terjadi sebelumnya.
Dalam potongan ayat diatas ini, seketika Allah menciptakan manusia, Allah telah menganjurkan terhadap kita untuk membaca sebagai mana pula seketika kita menduduki dalam beragama islam, kita pula telah diperintahkan oleh-Nya utnuk mengucapkan atau membaca kalimat dua syahadat. Yang menunjukkan terhadap persaksian serta pengagungan bagi-Nya. Begitupun dengan salah satu rukun isalm yang kedua. Yang mana Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mendirikan  shalat. Perlu kita ketahui.          
Didalam seluk beluknya shalat, semua itu di-dahului dengan bacaan, begitu pula diakhiri dengan bacaan salam, begitulah dengan Al Qur’an, Allah SWT. Telah menurunkan al-Qur’an halnya ia merupakan wahyu yang diberikan kepada nabi muhammad SAW. Saat di Gua Hira, bahwasanya itu merupakan pedoman kita didunia dan diakhirat kelak. Selidik punya selidik dulu al Quran hampir terombang-ambing sehingga para sahabat merasa kebingunagn dan kehawatiran siapakah yang akan melanutakan ajaran Allah dan Rasul-Nya ini disebabkan banyaknya para mukhaffidz Al Qur’an telah mendahului mereka sehingga para sahabat mepunyai ide untuk mengumpulakannya. Konon dulu tulisan Al-Qur’an itu berhamburan, entah itu ada diatas batu, di pelepah kurma, serat tulang unta. Subkhanallah dulu para sahabat mereka bersungguh-sunguh untuk menyatukannya sehingga terbentuknya Al-Quran Al-Kariem.  Bagimana dengan diri kita? Seringakali pula kita mendapati lembaran lembaran Al Qur’an yang terlantas, sehingga bagi kita untuk mengalmbilnya atau menjaganya. Justru ia dijadikan bahan injakan. Na’udzubillahi min Dzalik. Pernahkah kita mendengar isu-isu bahwasannya kala-mulloh itu pernah akan dibakar? So, bagaimanakah tindakan kita sekarang ini untuk menanggapi dan menindakinya?
*Santri kelas lll Intensif  A,  asal Bangkalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar