

Oleh: Rizal Muzakki*
G
|
iatnya pelajar
zaman sekarang ini, pelajar sudah makin membara semangatnya untuk membaca.
Tentunya itu semua disebabkan suatu penyebab bahwasannya seorang pelajar tidak
kalah saingan anar satu dengan lainnya. Mereka saling berlomba-lomba untuk
menjadikan dirinya sebagai seorang professinal. Banyak sekali kta dapatkan
bahwasannya para ilmuwan yang beliau bisa menciptakan satu alat yang canggih
itu semua bukan halnya karena beliau saling membaca. Begitu pula dengan dia
dapat membedakan diantara yang dlolaal
dan yang haqq, antara kedzaliman dan
kelurusan. Bukanlah didalam ajaran agama kita. Diawal ciptanya kita dengan
membaca sebagiamana yang telah Allah turunkan pada kitabnya di Surat Al-Alaq.
Yang artinya:
Iqro’ bismi Rabbikal ladzii
khalaq.... (QS Al-‘Alaq [96]:1)
“Bacalah dengan menyebut nama
tuhanmu yang telah menciptakan”
Dengan
penafsiran diatas, para ‘ulama berbeda pendapat serta mereka mempunyai ijtihad
masing- masing yang satu sama lain berbeda pikiran, sebagian mereka ada yang
mengatakan bahwasannya ketika Rosululloh diciptakan, belum bisa untuk membaca
kemudian Allah menurunkan wahyu kepadanya dengan perantara malaikat Jibril.
Setelah itu datanglah Jibril padanya. Dan Jibril itu memerintahkan padanya
untuk mengikuti apa yang dibacanya. Kemudian Rosululloh meraasa gemetaran
seusai itu. Kemudian beliau pulang kerumahnya dan berbaring. Kemudian sang
istri yang bernama Khodijah menanyakan, “Wahai pujaan hatiku, apa gerangan yang
ada di dirimu.” Kemudian Rosululloh menjawab dengan apa yang telah terjadi
sebelumnya.
Dalam
potongan ayat diatas ini, seketika Allah menciptakan manusia, Allah telah
menganjurkan terhadap kita untuk membaca sebagai mana pula seketika kita
menduduki dalam beragama islam, kita pula telah diperintahkan oleh-Nya utnuk
mengucapkan atau membaca kalimat dua syahadat. Yang menunjukkan terhadap
persaksian serta pengagungan bagi-Nya. Begitupun dengan salah satu rukun isalm
yang kedua. Yang mana Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mendirikan shalat. Perlu kita ketahui.
Didalam
seluk beluknya shalat, semua itu di-dahului dengan bacaan, begitu pula diakhiri
dengan bacaan salam, begitulah dengan Al Qur’an, Allah SWT. Telah menurunkan
al-Qur’an halnya ia merupakan wahyu yang diberikan kepada nabi muhammad SAW.
Saat di Gua Hira, bahwasanya itu merupakan pedoman kita didunia dan diakhirat
kelak. Selidik punya selidik dulu al Quran hampir terombang-ambing sehingga
para sahabat merasa kebingunagn dan kehawatiran siapakah yang akan melanutakan
ajaran Allah dan Rasul-Nya ini disebabkan banyaknya para mukhaffidz Al Qur’an
telah mendahului mereka sehingga para sahabat mepunyai ide untuk
mengumpulakannya. Konon dulu tulisan Al-Qur’an itu berhamburan, entah itu ada
diatas batu, di pelepah kurma, serat tulang unta. Subkhanallah dulu para
sahabat mereka bersungguh-sunguh untuk menyatukannya sehingga terbentuknya
Al-Quran Al-Kariem. Bagimana dengan diri
kita? Seringakali pula kita mendapati lembaran lembaran Al Qur’an yang terlantas,
sehingga bagi kita untuk mengalmbilnya atau menjaganya. Justru ia dijadikan
bahan injakan. Na’udzubillahi min Dzalik.
Pernahkah kita mendengar isu-isu bahwasannya kala-mulloh itu pernah akan
dibakar? So, bagaimanakah tindakan
kita sekarang ini untuk menanggapi dan menindakinya?
*Santri kelas lll Intensif A, asal
Bangkalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar