Selasa, 23 Oktober 2012


Perbedaan Yang Ideal

Judul buku: Bumi dan manusia
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara
Cetakan: 16 Oktober 2010
Tebal: 535 halaman
Peresensi: Wildan Ismail




Perbedaan adalah suatu yang memberagamkan segala sesuatu yang ada di dunia. Dan dengan perbedaan itu dapat tercipta suatu kesatuan yang luar biasa jika digabungkan. Tapi terkadang perbedaan antara individu atau kelompok tertentu yang memunculkan rasa tak ccok untuk disatukan.
                Bumi Manusia adalah novel pertama dari tetralogi buruh (Bumi Manusia, anak semua bangsa, jejak langkah, rumah kaca) tetralogy yan teramat fenomenal di kalangan pembaca. Sebab novel ini ditulis ketika penulisnya dipenjara di pulau buru tanpa proses hukum dari pengadilan Pramoedya ini diangga terlibat dalam upaya G30S PKI.
Seorang lelaki keturunan pribumi berdarah bangsawan. Minke yang tengah belajar di H.B.S. (Sekolah khusus anak-anak belanda) dengan beragam kemauan dan berusaha keras ia terus belajar walaupun ia bukanlah anak seorang Belanda. Hingga kehidupan Minke berubah ketika salah seorang kawannya di H.B.S mengenalkannya kepada seseorang perempuan cantik perpaduan belanda pribumi. Annelis.
Di dalam novel Bumi Manusia ini penulisnya Pramoedya Ananta Toer mampu mengemas suatu perbedaan itu menjadi suatu roman yang sangat untuk diikuti. Banyak sekali perbedaan-perbedaan yang Pramoedya padukan didalamya. Salah satunya Ia menggabungkan keaslian kebudayaan Indonesia dan kemodernnya yang dibawa masuk beladnda ke Indonesia. Sebelum ditulisnya roman ini, penulisnya waktu itu mendekam di kampong kerja paksa pulau buru, sempat mencerita ulangkan kepada kawan-kawannya di kamp kerja paksa itu. Hal itu membuktikan bahwa penulisnya bukan hanya menulis dan berimjinasi saja. Tapi penulis rupanya benar-benar mengenal dan mendalami kisah novel Bumi Manusia ini.
                Semenjak Minke dan Annelis saling jatuh hati dan Minke memutuskan untuk tinggal di rumah Annelis. Orang tua minke yang pribumi tulen melihat perubahan yang mendasar pada diri anaknya. Minke dicap kepriaiyannya dengan budaya-budaya barat yang menempel pada dirinya. Ayah Minke tak merestui hubungan Minke dan Annelis, kembali perbedaan yang melatar belakangi larangan itu.
                Larangan orang tua Minke dan rintangan-rintangan dalam kisah cinta mereka sangat bertubi-tubi datangnya hingga akhirnya Minke harus kehilangan Annelis untuk selamanya.
                Novel Bumi Mnusia ni sangat menarik untuk diikuti berbeda dengan buku-buku pelajaran sejarah yang diajarka di sekolah-sekolah. Novel ini begitu hidup seolah bernyawa sehingga mampu membawa pembacanya ke era novel itu diceritakan.
Tak hanya sampai disini novel karangan penulis yang pernah menerima penghargaan The PEN Freedom to Write Award. Novel ini pernah dicetak ke lebih dari tigapuluh tiga bahasa asing dan diceritakan dalam cerita besambung di sebuah radio. Karenanya novel ini memang pantas diangap persembahan Indonesia untuk dunia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar