Judul buku:
Bumi dan manusia
Penulis:
Pramoedya Ananta Toer
Penerbit:
Lentera Dipantara
Cetakan: 16
Oktober 2010
Tebal: 535
halaman
Peresensi:
Wildan Ismail
Perbedaan adalah suatu
yang memberagamkan segala sesuatu yang ada di dunia. Dan dengan perbedaan itu
dapat tercipta suatu kesatuan yang luar biasa jika digabungkan. Tapi terkadang
perbedaan antara individu atau kelompok tertentu yang memunculkan rasa tak ccok
untuk disatukan.
Bumi
Manusia adalah novel pertama dari tetralogi buruh (Bumi Manusia, anak semua
bangsa, jejak langkah, rumah kaca) tetralogy yan teramat fenomenal di kalangan
pembaca. Sebab novel ini ditulis ketika penulisnya dipenjara di pulau buru
tanpa proses hukum dari pengadilan Pramoedya ini diangga terlibat dalam upaya
G30S PKI.
Seorang lelaki keturunan pribumi berdarah
bangsawan. Minke yang tengah belajar di H.B.S. (Sekolah khusus anak-anak
belanda) dengan beragam kemauan dan berusaha keras ia terus belajar walaupun ia
bukanlah anak seorang Belanda. Hingga kehidupan Minke berubah ketika salah
seorang kawannya di H.B.S mengenalkannya kepada seseorang perempuan cantik
perpaduan belanda pribumi. Annelis.
Di dalam novel Bumi
Manusia ini penulisnya Pramoedya Ananta Toer mampu mengemas suatu perbedaan itu
menjadi suatu roman yang sangat untuk diikuti. Banyak sekali
perbedaan-perbedaan yang Pramoedya padukan didalamya. Salah satunya Ia
menggabungkan keaslian kebudayaan Indonesia dan kemodernnya yang dibawa masuk
beladnda ke Indonesia. Sebelum ditulisnya roman ini, penulisnya waktu itu
mendekam di kampong kerja paksa pulau buru, sempat mencerita ulangkan kepada
kawan-kawannya di kamp kerja paksa itu. Hal itu membuktikan bahwa penulisnya
bukan hanya menulis dan berimjinasi saja. Tapi penulis rupanya benar-benar
mengenal dan mendalami kisah novel Bumi Manusia ini.
Semenjak
Minke dan Annelis saling jatuh hati dan Minke memutuskan untuk tinggal di rumah
Annelis. Orang tua minke yang pribumi tulen melihat perubahan yang mendasar
pada diri anaknya. Minke dicap kepriaiyannya dengan budaya-budaya barat yang
menempel pada dirinya. Ayah Minke tak merestui hubungan Minke dan Annelis,
kembali perbedaan yang melatar belakangi larangan itu.
Larangan
orang tua Minke dan rintangan-rintangan dalam kisah cinta mereka sangat
bertubi-tubi datangnya hingga akhirnya Minke harus kehilangan Annelis untuk
selamanya.
Novel
Bumi Mnusia ni sangat menarik untuk diikuti berbeda dengan buku-buku pelajaran
sejarah yang diajarka di sekolah-sekolah. Novel ini begitu hidup seolah
bernyawa sehingga mampu membawa pembacanya ke era novel itu diceritakan.
Tak hanya sampai disini
novel karangan penulis yang pernah menerima penghargaan The PEN Freedom to Write Award. Novel ini pernah dicetak ke lebih
dari tigapuluh tiga bahasa asing dan diceritakan dalam cerita besambung di
sebuah radio. Karenanya novel ini memang pantas diangap persembahan Indonesia
untuk dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar